KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk menunjang
atau sebagai petunjuk dalam pembelajaran
khususnya pada penyakit meniere.
Semoga apa yang kami kerjakan ini dapat menjadi motivasi dalam
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Kami mohon maaf bila ada
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna meningkatkan kualitas makalah
selanjutnya.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam
yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai
dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang
berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000
orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang
berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara
jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa
negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk,
di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari
100.000 penduduk terdapat di Italia.
Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere beserta asuhan
keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apadimaksud akah yang Meniere?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan
asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan sindrom meniere.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memahami definisi dari sindrom meniere
- Mahasiswa mampu memahami etiologi dari sindrom meniere
- Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari sindrom meniere
- Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari sindrom meniere
- Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari sindrom meniere
- Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari sindrom meniere, meliputi:
1)
Pengkajian
2)
Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi keperawatan
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan teman-teman mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom
meniere, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh
seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang
diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit
pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan.
Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan
pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga.
Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada
telinga dalam.
Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam
labirin telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan
ekstraselular ini adalah kalium. Ion yang terdapat di dalam endolimfe
lebih banyak dari perilimfe. Sedangkan perilimfe adalah cairan ekstraseluler yang terletak
di koklea, tepatnya pada bagian skala timpani dan skala
vestibuli. Komposisi ionik perimlife seperti
pada plasma dan cairan serebrospinal. Kation terbanyak
adalah natrium. Perilimfe dan endolimfe memiliki komposisi ionik
yang unik yang sesuai untuk menjalankan fungsinya yaitu mengatur rangsangan
elektrokimiawi dari sel-sel rambut di indera pendengaran. Potensoal
listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe.
Canalis semisirkularis (saluran
setengah lingkaran), merupakan suatu struktur yang terdiri dari 3 buah saluran
setengah lingkaran yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang
berlainan, yaitu: canalis semisirkularis horizontal, canalis semisirkularis
vertikal superior, canalis semisirkularis vertikal posterior. Masing-masing
canalis semisirkularis berisi cairan endolympha dan pada salah satu ujungnya
yang membesar disebut ampula, berisi reseptor keseimbangan yang disebut cristac
ampularis. Masing-masing cristac terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel
penyangga yang keseluruhannya ditutupi oleh suatu selaput yang disebut cupula.
Karena kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis
semisirkularis akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran.
Aliran endolymph akan mendorong cupula melengkungkan cillia-cillia dari sel-sel
rambut, dengan demikian maka sel bercillia tersebut terangsang dan merubahnya
menjadi impuls sensori yang untuk selanjutnya ditransmisikan ke pusat
keseimbangan di otak. Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan
dinamis yaitu memberikan respons terhadap pemutaran tubuh.
2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap
penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi
sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan
dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan
dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini
belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya
hidrops, antara lain :
- Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
- Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
- Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
- Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa
- Infeksi telinga tengah
- Infeksi traktus respiratorius bagian atas
- Trauma kepala
- Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
- Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
- Infeksi virus golongan herpesviridae
- Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan
penyakit Meniere:
- Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien
Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus
herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga
pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi
anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian
yang lebih lanjut.
- Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai
hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam
sistem imunnya.
- Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30%
diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan
panyakit Meniere adalah sebagai berikut :
- Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
- Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus
- Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
- Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu
aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya
pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
- Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan
bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini
dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada
penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak
menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang
difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli
berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang
melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 %
penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid.
Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 %
pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada
pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid
dan Anti Sjoegren.
2.3 Manifestasi Klinis
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode
aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi
yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada
individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa
tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo,
tinitus, dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa
penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari,
atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya serangan
vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat
adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang
bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo.
Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda,
meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama beberapa jam.
Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan
redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin
hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi
oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat
yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul
sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu,
terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala
hilang sama sekali, kecuali gangguan pada pendengaran pada telinga yang
bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi
pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan.
Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh
karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon
akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.
Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat
ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran
terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo
pertama.
Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :
- Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
- Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
- Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.
2.4
Patofisiologi
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan
perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal koklea.
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada
kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur
membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini
meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana
kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya
serangan.
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel
disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler
pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan
disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea
pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan
gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat
serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada tes definitive untuk memeriksa
penyakit meniere. Ada beberapa penyakit dan kondisi yang memiliki gejala yang
sama dengan penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya
dari gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan
penyakit lain. Ketika dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada,
maka dari situ baru penyakit meniere ditegakkan.
Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit
meniere yaitu :
1. Tes pendengaran ( tes penala )
Pada tes penala didapatkan
kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere
2. Tes gliserin
Pasien diberikan minum
gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam
diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya
hydrops endolimfe.
3. Audiogram
Hasil audiogram pada penyakit
meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama nada rendah dan selanjutnya
dapat ditemukan rekrutmen.
4. Tes kalori
Tes ini dilakukan untuk
menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara terpisah, Pada telinga
masing – masing disemprotkan secara bergantian air dingin dan air hangat.
Setelah beberapa saat akan timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah
semprotan. Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini
berguna untuk menentukan labirin yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya
parese dari kanal.
5. Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi
keseimbangan
6. Pemeriksaan radiologi
Secara rutin harus dilakukan
pemeriksaan tulang temporal dan kalau bisa dengan poli tomografi. Pada
pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus akustikus yang menyempit, tetapi kadang-kadangmelebar dan dijumpai otosklerotis dari
optic kapsul.
Dasar Diagnosis Penyakit
Meniere
Diagnosis penyakit meniere
ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang ada, tes pendengaran dimana
terdapat gangguan pendengaran setelah serangan yang berangsur-angsur membaik
lagi, serta setelah pengeliminasian dari penyakit lain.
Diagnosis dipermudah dengan
dibakukan kriteria diagnosis yaitu :
a. Vertigo hilang timbul
b. Fluktuasi gangguan pendengaran
berupa tuli saraf
c. Menyingkirkan kemungkinan
penyebab dari sentral
Bila gejala khas dari penyakit
meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis penyakit meniere dapat
ditegakkan.
Pemeriksaan fisik hanya
diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam anamnesis
terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat
tuli saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosa penyakit meniere. Sebab tidak ada
penyakit lain yang bisa menyebabkan perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada
penyakit meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya
hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk
menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan “ shunt “. Bila terdapat
hydrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik.
Diagnosis Banding
Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini
dari meningioma, schwannoma dan lain – lain. Schwannoma atau neurinoma
akustikus mula timbul dengan tuli perspektif unilateral yang progresif. Pada
tahap dini terdapat vertigo. Kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus
akustikus interna, maka hemihipestesia fasialis dengan reflek kornea yang menurun
atau lenyap dapat detemukan bersama adanya hemiparesis fasialis ringan akibat
terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion gasseri dan nervus facialis.
Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat memperlihatkan kerusakan
disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat
lambat.
Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus berkembang dalam perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran normal atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya tuli berat. Demam, sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada.
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus berkembang dalam perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran normal atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya tuli berat. Demam, sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada.
Neuritis vestibularis
Penyakit ini timbul secara
mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual dan muntah. Nistagmus
spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat mengarah ke sisi yang
normal. Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular unilateral. Tetapi yang
membedakan dengan penyakit meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak
terganggu. Dan dengan atau tanpa pengobatan serangan vertigo dapat hilang sama
sekali dalam beberapa minggu atau dengan gejala sisa berupa vertigo posisional
yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali – sekali saja
Vertigo posisionil benigna
Vertigo benigna dikenal juga
sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini paling umum, dan dijuluki
posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau ke kiri.
Hal ini terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke kiri dan jika merebahkan
badan untuk berbaring atau berbalik ke samping waktu berbaring.
2.9 Penatalaksanaan
Terapi
a. Terapi Medis Profilaksis
Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang
mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.
- Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari,
jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat,
histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe
oleh kelainan vaskuler.
- Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops
endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.
- Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan
adalah termasuk penyeab hidrops endolimfatik.
- Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat
defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks,
asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).
- Diet rendah garam dan Pemberian diuretic
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar menurunkan
jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan endolimfe.
- Program pantang makanan
Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat
terjadinya suatu alergi makanan.
b. Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya
serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit
Meniere.
- Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti
diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi
serangan vertigo.
- Antihistamine dan antiemetik
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi
keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering
diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan
antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
- Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan
serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai
terjadi remisi spontan.
Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi.
Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus
endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang
mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan
kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi serangan vertigo,
serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok :
bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.
Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus,
merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere,
tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang
bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran
pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi
masih mampu mempertahankan fungsi normalny
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara
progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan
volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.
3.2 Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini maka mahasiswa maupun praktisi
kesehatan dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Sindrom Meniere
dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Putz R dan Pabst R. 1997. Sobotta. Jakarta : EGC
Arsyad,
Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN,
KEPALA dan LEHER edisi keenam. Balai penerbit FKUI:
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar