Kamis, 22 Agustus 2013

Makallah Pap Smear




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul “PAP SMEAR”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami  alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga semua itu dapat terlewati.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.     

                                                                                               
                                                                                    PENULIS


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….         1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………         2

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………….       3
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………. ….       7
C.     Tujuan Penyusunan Makalah ………………………………………...        7


BAB II PEMBAHASAN
A.    Pap Smear ………………………………………………………………        8  
1.      Pengertian Pengertian Pap Smear…………………………..........         8
2.      Tujuan Pap Smear ………………………………………… ………       9             
3.      Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear………      23

BAB III  KESIMPULAN  DAN  SARAN
A.    Kesimpulan ……………………………………………………………..     22      
B.     Saran ……………………………………………………………….. …..      22
DAFTAR PUSTAKA    






BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar belakang
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilisasi) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapat bayi tanpa resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 1999). Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker, salah satunya kanker serviks yang menyebabkan kematian no 2 pada wanita (wijaya, 2010).
Kanker serviks yaitu merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar pada serviks. Infeksi virus ini sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual (Rasjidi, 2007). Sedangkan faktor pemicu kanker serviks itu sendiri adalah wanita yang terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV), wanita yang berganti-ganti pasangan seksual, wanita yang merokok, pencucian vagina dengan anti septik yang terlalu sering, kekebalan tubuh yang rendah, dan penggunaan pil kontrasepsi (Wijaya, 2010).
Menurut World health Organisation (WHO) tahun 2008, memperkirakan 12,4 juta penduduk menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal karena penyakit kanker, secara global kejadian kanker serviks menduduki urutan kedua, setelah kanker payudara yaitu dengan angka kejadian sekitar 500.000 orang dan kematian sebanyak 288.000 orang (Nunukan, 2009).
Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 orang perempuan meninggal dunia perharinya karena penyakit tersebut (Wijaya, 2010). Sedangkan Di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru, penderita kanker serviks mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 tercatat 110 orang penderita kanker serviks, sedangkan pada tahun 2011 tercatat 132 orang penderita kanker serviks (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011).
Kanker serviks memiliki tahap pra-ganas dimana ia tumbuh, namun tidak akan menjalar. karena tahap pra-ganas berlangsung beberapa tahun. Oleh karena itu untuk mendeteksi dini adanya kanker serviks dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear (Owen, 2005).
Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pemeriksaan Pap Smear bertujuan untuk mendeteksi sel-sel yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smaer ini adalah wanita yang telah aktif melakuakn hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur,  karena tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker servik bagi mereka. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksaan diri (Sukaca, 2009).
Gambar paling akhir yang ada untuk kanker servik memperlihatkan bahwa sebanyak 4467 kasus yang dicatat (1988), sekitar 1800 kasus berakhir fatal. Dari keseluruhan 85% dari wanita yang menderita kanker servik tersebut tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear. Alasan nya para wanita untuk tidak melakukan pap smear biasanya adalah psikologis seperti ketakutan kalau pap smear  akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih tidak  mengetahuinya dan menghindarinya, ada juga kelompok wanita gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalankan  pemeriksaan Pap Smear ( Evennett, 2003).
Di negara Amerika serikat telah dilakukan 50 uji pap smear setiap tahun dan hal itu berhasil menurunkan insiden kanker servik hingga 70%. Sedangkan dinegara berkembang Pap Smear dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga 50% (Darnindro, 2006).
Di Indonesia, cakupan program skrining baru sekitar 5% wanita yang melakukan pemeriksaan skrining Pap Smear tersebut. Sehingga hal itulah yang dapat menyebabkan masih tinggi kanker servik di negara Indonesia (Samadi, 2010).
Di Provinsi Riau terdapat wanita usia subur sebanyak 1.485.820 orang, sedangkan pasangan usia subur 880.897 orang, yang melakukan deteksi dini kanker serviks uterus melalui pemeriksaan Pap Smear sebanyak 4405 orang. Terdeteksi kanker serviks uterus sebanyak 139 orang ( Dinkes TK I Provinsi Riau, 2010).
Dirumah Sakit Arifin Achmad, berdasarkan data yang di peroleh dari rekam medik, jumlah wanita usia subur yang berkunjung di poli kebidanan tahun 2011 sebanyak 2401 orang. Serta yang melakukan pemeriksaan Pap Smear pada tahun 2010 sebanyak 98 orang. Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 100 orang. Dari semua wanita yang melakukan pemeriksaan pap smear, semuanya terdeteksi kanker serviks, umumnya berumur 17-45 tahun. Dari data diatas dapat dilihat wanita yang berkunjung di poli kebidanan dan wanita  yang melakukan pemeriksaan Pap Smear terjadi sedikit peningkatan, tapi permasalahannya pada saat ini masih belum optimalnya penggunaan pap smear sebagai sarana untuk mendeteksi kanker serviks, sementara jumlah penderita kankar serviks terus meningkat dari tahun ke tahun (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2011).
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker servik yaitu meliputi usia, status social ekonomi, pengtahuan, dan pendidikan. Meningkatnya resiko kanker servik pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya system kekebalan tubuh akibat usia (Dianada, 2007).
Pengetahuan dan pendidikan ibu tentang kanker servik akan membentuk sikap positif terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Hal ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki wanita usia subur tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang deteksi dini kanker serviks (Aziz, 2006).
Selain faktor pengetahuan dan pendidikan status ekonomi juga berpengaruh terhadap rendahnya deteksi dini kanker servik. Penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan status ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh adanya perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah penyakit dan adanya perbedaan sikap hidup dan prilaku yang dimiliki seseorang (Noor, 2000).
Sehubungan dengan tidak optimalnya deteksi dini kanker servik sehingga menyebabkan terus meningkatnya kejadian kanker servik dari tahun ke tahun oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemeriksaan Pap Smear pada WUS di Poli kebidanan RS arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012.
A.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud Pap Smear?
2.      Apakah tujuan dari pap smear?
3.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemeriksaan Pap smear?
B.       Tujuan
      1. Untuk mengetahui yang dimaksud Pap smear.
      2. Untuk mengetahui tujuan dari pap smear.
      3. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pap smear
a.       Defenisi Pap smear
Pap smear  merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina (Dianada, 2008). Sedangkan samadi, 2010 mengatakan Pap smear merupakan salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian dilihat kenormalannya.
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Begitupun bagi mereka yang sama sekali yang belum pernah berhubungna seksual. Karena pemeriksaan Pap Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker serviks secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk menurunkan angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.



b.      Tujuan pemeriksaan Pap Smear
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca, 2009 yaitu :
1)      Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2)      Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
3)      Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4)      Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5)      Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6)      Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
c.       Wanita yang diajurkan Pap smear
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Begitupun bagi mereka yang sama sekali yang belum pernah berhubungna seksual. Karena pemeriksaan Pap Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker servik secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk menurunkan angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.
Kehamilan juga tidak mencegah seorang wanita untuk  melakukan pemeriksaan Pap Smear karena prosedur Pap Smear dapat dilakukan secara aman selama kehamilan. Sehingga, wanita hamil juga dapat menjalani test ini. Pemeriksaan Pap Smear tidak direkomendasikan bagi wanita yang telah melakukan histerektomi (dengan pengangkatan serviks) untuk kondisi yang jinak. Wanita yang pernah melakukan histerektomi tetapi tanpa pengangkatan (histerektomi subtotal), sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak melakukan histeretomi (wijaya, 2010).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai berikut :
1)      Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya tinggi.
2)      Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita HPV ( Human Papilloma Virus ) atau kutil kelamin.
3)      Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4)      Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5)      Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker servik.
6)      Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).
d.      Waktu untuk melakukan Pap smear
Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear adalah satu atau dua minggu setelah berakhir masa menstruasi.
Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan pap smear kapan saja ( Dianada, 2008 ).
Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur yang dikemukan oleh Sukaca, 2009 yaitu :
1)      Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2)      Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin.
3)      Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
4)      Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
5)      Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika 3 kali berturut-turut hasil pap smear menunjukan negative.
6)      Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
7)      Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan pap tes .
8)      Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.

e.       Persiapan sebelum untuk melakukan Pap smear
Adapun persiapan sebelum melakukan Pap Smear yaitu sebagai berikut :
1)      24 jam sebelum menjalani pap smear sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina dengan anti septik .
2)      Sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum pemeriksaan pap smear .
3)      Informasikan kepada tenaga kesehatan tentang jenis obat yang di minum dalam 24 jam sebelum pemeriksaan pap smear (Nurcahyo, 2010).
4)      Informasi mengenai haid terakhir, kontrasepsi yang digunakan kepada petugas kesehatan (Purnomo, 2009).
5)      Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina rileks sehigga pada dinding leher rahim dapat terambil cukup tepat untuk pemeriksaan.
f.       Prosedur pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi. Waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ibi dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan diatas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk mambantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim.  Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya dibawah mikroskop.
Hasil pemeriksaan Pap Smear biasanya keluar setelah dua atau tiga minggu. Pada akhir pemeriksaan Pap Smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan dia bias menerima hasil pemeriksaan Pap Smearnya dan apa yang harus dipelajari darinya.
Pap Smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker servik. Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal, maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli. Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi yaitu pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut (wijaya, 2010).

B    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia, status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ( Dianada, 2007 ).
a.       Pengetahuan
Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencengahan kanker serviks melalui pap smear, dapat menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini kanker serviks. Dan apabila seorang wanita memiliki pengetahuan yang luas maka akan menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini kanker servik (Octavia, 2009).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, alam dan sebagainya (Notoatmodjo,2005).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini menjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). tingkat pengetahuan terdiri dari 6  (enam) tingkatan yaitu:
1)      Tahu (Know)
           Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2)      Memahami (Comprehension)
           Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
4)      Analisis (analisys)
           Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5)      Sintesis (synthesis)
           Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis yaitu suatu kemampuan untuk penyusunan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)      Eavaluasi (evaluation)
           Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan dari suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b.      Pendidikan
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (SISDIKNAS) tahun 2003 BAB 4 Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi. Pendidikan dasar terbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtida’yah (MI), Sekolah Menegah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Perguruan Tinggi berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institusi, Universitas (Duracman, 2009).
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan wanita yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks juga  terbatas.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula penegtahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, pengetahuan seseorang dengan suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu positif dan negative. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut (Twain, 2009).

c.       Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan tingkat penghasilan keluarga perbulan. Satatus ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup, dan satatus ekonomi juga berhubungan erat pula dengan factor psikologi dalam masyarakat (Noor, 2000).
Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi status ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi yang digunakan untuk pelayanan kesehatan. Data survei Kesehatan tahun 1992, memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan meningkat berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pria maupun wanita (Depkes RI, 2000).
Menurut Veralls (2003) wanita pada sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas seksualnya pada umur lebih muda. Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kualitas dan kuantitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
Adapun UMR (Upah Minimum Regional) menurut dinas sosial dan tenaga kerja Provinsi Riau Kota Pekanbaru tahun 2011 adalah tinggi > 1.260.000 dan rendah < 1.260.000 (Dinas Sosial dan Tenaga kerja).
d.      Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suat stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu (Aziz, 2007).
Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan. Sementara itu Kendler mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency), untuk mendekati (approach), atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif ataupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Sarwono, yang menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Febry, 2011).
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: Keyakinan (aspek kognitif), perasaan ( aspek afektif), dan kecenderungan prilaku (aspek konatif) (Febry, 2011).
1)      Aspek keyakinan (kognitif)
Aspek keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang dipikirkan dan apa yang diyakini seseorang menggenai objek sikap. Apa yang diyakini dan dipikirkan tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan ini bila kita kaitkan dengan pelayan di sebuah rumah sakit sebagai objek sikap, aspek keyakinan ini antara lain dapat berupa pengetahuan seseorang menggenai pola layanan dari rumah sakit bersangkutan. Dalam hal ini, aspek keyakinan ini positif maka akan menumbuhkan sikap positif, sedangkan bila negatif akan menumbuhkan sikap negatif terhadap objek sikap (Febry, 2011).
2)      Perasaan (afektif)
Perasaan adalah mencakup 2 hal yaitu: perasaan senang ataupun perasaan tidak senang terhadap sesuatu. Contohnya Dimisalkan lagi dalam pelayanan kesehatan, semakin banyaknya hal positif yang ditunjukkan oleh bidan dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien, maka semakin positif keyakinan dalam pribadi klien sehingga mereka menjadi semakin senang terhadap pelayanan kesehatan tersebut (Febry, 2011).
3)        Kecenderungan (konatif)
Kecenderungan prilaku adalah jika seseorang menyenangi suatu objek, maka ada kecenderungan orang tersebut akan bergerak untuk mendekati orang tersebut. Sebaliknya, bila seseorang tidak menyenangi suatu objek itu, maka kecenderungan akan menjauhi objek tersebut. Sebagai contoh dalam pelyanan kesehatan di rumah sakit bila para pasien menyenangi sikap para pelayanan kesehatan dalam melayaninya maka pada suatu ketika para pelanggan itu cenderung untuk datang kembali ke rumah sakit tersebut, nanum sebaliknya bila tidak disenangi maka ada kecenderungan tidak mau lagi datang ke rumah sakit tersebut (Febry, 2011).





            Wanita tidak melakukan Pap Smear biasanya adalah ketakutan kalau Pap Smear  akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih tidak  mengetahuinya dan menghindarinya, ada juga kelompok wanita gelisah yang terlalu malu, khawatir atau cemas untuk menjalankan  pemeriksaan Pap Smear ( Evennett, 2003).
e.       Letak Geografis
Wanita yang bertempat tinggal di daerah yang kurang maju atau perkampungan yang sulit dijangkau, dapat menyebabkkan kurangnya  mendapatkan informasi tentang kesehatan ataupun tentang Pap Smear itu sendiri, dikerenakan susahnya akses transportasi dan penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan yang tidak merata dan informasi dari berbagai media massa seperti media massa, media cetak, media elektronik yang belum maksimal, begitu juga belum merata tersedianya poster-poster, spanduk tentang Pap Smear yang belum maksimal disosialisasikan. Dari karena itu banyak wanita yang tidak tahu tentang Pap Smear sehingga mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear.
B.       Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk Agustin Hapsri ( 2006 ), dengan judul penelitian gambaran karakteristik wanita dan beberapa factor yang terkait dengan praktik wanita melakukan Pemeriksaan Pap Smear. Sebuah studi di yayasan kanker Indonesia jawa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi adalah wanita yang melakukan pemeriksaan papa smear dan jumlah sampel 50 orang. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, pengambilan data kuantitatif dengan melakukan wawancara sedangkan kualitatif dengan wawancara mendalam pada 15 responden. Hasil penelitian : 1. Mayoritas responden berumur 40-50 tahun (52,%), lulus SMA (62,%). Bekerja (62,0 %), penghasilan 2-3 juta perbulan (48%), etnis pribumu (80%). 2. Motivasi wanita melakukan pemeriksaan Pap Smear karena mendapat informasi (40,0%), penyuluhan tenagan kesehatan (34,0%), gejala (26 %), 3. Informasi dari petugas kesehatan (44,0%), tetangga/temen/keluarga (32%), televise (12,0%), buku (12%), 4. Responden yang emlakukan pap smear rutin (55,6%), 5. Factor yang terkait dengan praktik rutin pap smear : pendidikan, pekerjaan, penghasilan, persepsi pengalaman masa lalu, jarak tariff pelayanan kesehatan lain-lain YKI, tidak ada dorongan, hasil Pap Smear yang normal.

C.      Kerangka Pemikiran
Pemeriksaan Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat. Pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli.
Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya mengenai Pap Smear dan untuk megetahui secara dini kemungkinan terjadinya kanker servik pada wanita maka diperlukan pemeriksaan Pap Smear secara dini. Dengan memberikan pelayanan-pelayanan ataupun informasi tentang kesehatan sehingga wanita dapat mengetahui tentang kesehatan khususnya mengenai Pap Smear dan bersikap positif untuk berkeinginan memeriksakan diri secara dini tentang kesehatannya.
Permasalahan pada wanita saat ini adalah penyakit yang dapat merengut nyawa mereka yaitu kanker servik, yang diakibatkan karena mereka tidak tahu tentang penyakit tersebut dan pencegahannya sehingga rendahnya jumlah wanita dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear yang mengakibatkan kanker serviks meningkat secara terus menerus. Padahal dengan mereka melakukan pemeriksaan Pap Smear secara dini maka dengan demikian akan menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: usia, pengalaman, pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tingggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas dari pada orang yang berpendidikan lebih rendah. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, Koran, televise, buku dan lain-lain. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik. Kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap sesorang terhadap sesuatu.


BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dari makalah ini ialah Pap smear  merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina (Dianada, 2008).
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia, status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ( Dianada, 2007 ).

B.        Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah sebaiknya seorang wanita yang telah menikah  harus melakukan Pap Smear sedini mungkin. Agar bila terdapat gejala-gejala kanker dapat diketahui sejak dini.


DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J.  2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas
       kedokteran universitas Indonesia
Putz R dan Pabst R. 1997. Sobotta. Jakarta : EGC





Tidak ada komentar:

Posting Komentar