BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Deklamasi
pusi puisi merupakan suatu yang banyak dilakukan oleh seorang deklamator.
Namun, belum banyak orang yang mengetahui perbedaan deklamasi dan membaca
puisi. Serta unsure-unsur yang terdapat pada deklamasi puisi anak-anak. Pementasan
adalah suatu yang sangat erat kaitannya dengan karya sastra anak-anak . Dalam
mementaskan suatu karya sastra diperlukan teknik dalam mementaskannya serta
penataan artistik yang tepat.
Materi
ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD,
karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah
memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya sehingga
semakin mahir mengapresiasi sastra anak-anak
seara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman
kemanusiaannya dan semakin tumbuh sikap positifnya
terhadap sastra anak-anak.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apakah pengertian dari deklamasi?
b.
Apakah syarat mendeklamasikan puisi?
c.
Apakah pengertian drama?
d.
Apakah dasar-dasar pementasan drama Anak-anak
1.3
Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian dari deklamasi.
b.
Untuk mengetahui syarat mendeklamasikan puisi.
c.
Untuk mengetahui pengertian drama.
d.
Untuk mengetahui dasar-dasar pementasan drama
anak-anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa
Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara.
Secara umum, deklamasi merupakan suatu
kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak
jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik
atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam
menciptakan suasana deklamasi yang dapat memukau
para penonton.
Junaedi (1989) mengemukakan beberapa
perbedaan antara baca
puisi dan deklamasi dari berbagai segi: (1) baca puisi sipembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi
tidak memegang naskah puisi sehingga
dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara bervariasi, (2) pada baca puisi, jumlah
dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak
dan panjang daripada deklamasi, (3) pada baca puisi faktor suara/intonasi banyak berperan, sedang
deklamasi disamping intonasi juga faktor
mimik dan gestur atau gerak jasmaniah, (4) baca puisi relatif untuk diri sendiri
dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.
2.2 Syarat
Mendeklamasikan Puisi
Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang
pembaca/deklamasi pusi adalah sebagai
berikut:
a.
Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi
untuk menjadi seorang pembaca atau deklamator puisi yang baik adalah suara
yang jelas, vokal yang sempurna,
mahir membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara dan menarik.
b.
Penguasaan
mimik
Seorang deklamator harus memiliki
kemampuan mengubah-ubah raut muka
yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik
takut, mimik terharu, mimik sedih, mimik.heran,
dan sebagainya.
c.
Penguasaan
gestur
Seorang
pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara
reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang
dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.
d.
Penguasaan memahami puisi dengan tepat
Salah
memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh
terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan.
Karena itu, seorang pembaca/ deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami
isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi dalam puisi yang di deklamasikan
2.3 Deklamasi dan Unsur Penilaiannya
Menilai dan menentukan suatu deklamasi
yang baik perlu memperhatikan
berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984) meliputi aspek interpretasi dan
presentasi. Interpretasi meliputi: visi, artikulasi, dan intonasi, sedang presentasi
meliputi: vokal, gestur atau gerak, tekanan, volume
suara, ekspresi mimik. Sedangkan menuurut Aminuddin (2004) bahwa aspek-aspek yang diiperhatikan dalam
menilai suatu deklamasi adalah (1) aspek pemahaman
dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang, (2)
aspek pemaparan yang meliputi: kualitas ujaran,
tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi. Berikut Unsur
penilaian deklamasi puisi :
a. Pelafalan
Pelafalan yang
dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang
tetapi makan, cepat
tidak dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana, kiri tidak
dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu,
pelafalan menyangkut pula dengan masalah
kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan,
dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalanya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau
jelas serta dengan bentuk mulut yang tidak
setenga bundar.
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan
deklamasi puisi bukan hanya berkaitan
dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk
keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian
suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu
nampak secara keseluruhan
sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara
utuh.
c. Ekspresi
Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah
sesuai konteks makna dan suasana Puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan
mimik yang tepat merupakan cerminan
dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya
sastra tersebut. Ekspresi
wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik
sedih, mimik marahh/tegas, mimik gembira,
dan sebagainya.
d. Gestur
(kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai
anggota tubuh dalam menggerakkannya
secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau
gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan
pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik puisi gunung yang tinggi, tangan
menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada
saat membaca larik /sungai yang
berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok
secara lentur dan refleks dan sebagainya
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak
penonton secara langsung menurut Aminuddin
(2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator
selayaknya memperhatikan sikap yang dapat menumbuhkan
suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak penonton, misalnya penciptaan kontak
lewat pandangan mata, pengaturan posisi
tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar.
2.2 A. Pengertian Drama
Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita
konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan aksi di hadapan penonton.” Sehubungan dengan
drama sebagai salah satu karya sastra,
oleh Sumardjo (1984) memiliki unsur-unsur: tema, plot, latar, karakter, dialog, pembagian waktu, efek, dan
retorika. Unsur-unsur tersebut saling mendukung
dalam membentuk suatu sistem yang kompak. Namun demikian Japi Tambojang (dalam Tjahyono dan Setiawan,
1998: 6.3) menyatakan bahwa secara
teknis naskah drama dibangun dua komponen penting yaitu wawancang dan kramaagung.
Wawancang adalah suatu percakapan yang harus
dihapal oleh aktor yang disertai
pemahaman intonasi yang tepat. Dalam wawancang atau dialog tentu harus dipahami suasana emotif yang
menyertainya sepoerti jengkel, terharu, marah,
sedih, bangga, bimbang, dan sebagainya. Sedangkan kramagung merupakan
instruksi yang membantu aktor untuk berakting di atas panggung dengan tepat sekaligus sebagai
rambu-rambu atau petunjuk bagi penata panggung
mempersiapkan tempat pementasan yang sesuai latar adegan atau babak yang akan dipentaskan.
B. Teknik Mementaskan Drama
1.
Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat
tampil pertama kalinya di atas
pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai
peran yang dimainkan. Jika memerankan
seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim
dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai
dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
2.
Teknik
memmberi Isi
Teknik ini harus terpadu dengan teknik
jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak
anggota badan lainnya (gestur).Pengucapan
suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya :
·
DIA
sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
·
Dia
SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
·
Dia
sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
·
Dia
sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
3.
Teknik Pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis
menuju klimas atau drama tidak
datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah, (a) Teknik pengembangan pengucapan:
seperti menaikkan volume suara atau
sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau
sebaliknya (b) Teknik pengembangan jasmaniah,
yakni
- Menaikkan posisi jasmaniah, dari
duduk menjadi berdiri lalu berjongkok
dan seterusnya
- Dengan cara memalingkan kepala, tubuh
atau seluruh tubuh
- Dengan cara berpindah tempat dari
kiri ke kanan , dari belakang ke depan,
dan sebagainya.
- Dengan cara menggerakan anggota badan
tanpa berubah tempat seperti
menggerakkan kaki atau jari
- Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk
mencerminkan emosi tertentu,
misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan kesedihan
dan sebagainya.
4.
Teknik Timing
Tekni ini merupakan ketepatan hubungan
antara gerakan jasmaniah dengan
kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:
- Bergerak sebelum mengucapkan
kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala
“aku lupa, maaf!’
- Bergerak sambil mengucapkan sesuatu
seperti menepuk kepala sambil mengucapkan
“Aku lupa, maaf!”
- Bergerak setelah mengucapkan sesuatu
seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk
kepala.
5.
Teknik Penonjolan
Penonjolan isi
merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami
pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian
mana dalam suatu adegan/babak yang
perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan.
2.3 A. Dasar-dasar Pementasan Drama Anak-anak
Sebelum bermain
drama anak-anak, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar
pementasan yang perlu dikuasai dengan baik
supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.
(1) Penguasaan Vokal
Seorang calon
pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan
vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras.. Penguasaan
vokal ini biasanya di tempat terbuka
untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.
(2) Penguasaan Mimik.-Intonasi Dasar
Seorang calon
pemin harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih,
gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut,
mimik sedih ditandai dengan wajah
muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya,
mata bersinar, dan mulut terseyum.Di
samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan
lembut) intonasi marah (tempo cepatnada tinggi-
tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan bersifat sedang).Mimik dan intonasi
sangat mendukung peran yang dimainkan.
(3) Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang
pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam
memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu
melakukan serangkaian gerakan seperti
berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan
dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan
kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan seterusnya.
(4) Penguasaan Pemahaman Watak Peran
Suatu peran
menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman
dan penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh pemahaman watak peran yang tepat, perlu
mengadakan analisis peran berdasarkan
naskah, seperti memahami alur cerita, pengenalan, permasalahan, klimaks , dan penyelesaian lalu
mencatat peran yang akan dimainkan. Selanjutnya,
mencatat secara lengkap tentang umur, pekerjaan, ligkungan keseharan, latar belakang keluarga,
tingkat pendidikan dan kepribadian peran yang
akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak
pribadi aktor terganti dengan watak peran
yang semestinya diperankan.
(5) Penguasaan pemanggungan
Penuguasaan pemanggungan sebagai suatu
yang harus dimiliki oleh setiap
pemain dama, antara lain berkaitan dengan:
(a)
teknik
muncul pada saat pertama kali aktor tampil di panggung sesuai peran yang dimainkan Pemunculan
itu befungsi memberi kesan
simpati bagi penonton;
(b) bloking, yakni penguasaan masing-masing aktor
tentang daerah gerakannya di atas panggung sehingga
panggung kelihatan tak berat sebelah;
(c)
penguasaan cahaya dan bunyi, yakni
aktor perlu penguasaan menyesuaikan
diri dengan perubahan cahaya dan bunyi (sound system) di atas panggung.
Sebelum mementaskan drama tentu harus
membaca dan menelaah naskah
secara cermat supaya bisa beracting sesuai peran yang ditugaskan oleh sutradara. Namun demikian, agar
kita mampu memainkan peran diberikan
perlu mengetahui langkah-langkah mementaskan drama, yakni sebagai berikut.
(a) Menganalisis dan menyimpulkan bentuk
tindakan pokok yang akan diperankan
dalam pementasan di atas panggung, misalnya menendang
kaki seseorang hingga terjatuh, menangis tersedu-sedu saat menyaksikan ibunda tercinta di
rumah sakit sedang diopename dan
kaget saat melihat suatu peristiwa tertentu, sebagainya.
(b) Menganalisis dan menyimpulkan sifat
atau watak yang akan diperan dalam
pementasan misalnya sebagai ibu yang lembut atau ibu yang keras dalam mendidik anaknya, atau
bapak yang penuh perhatian kepada
anak-anaknya dan sebagainya.
(c)
Mencari
dalam naskah atau adegan/babak tentang bagian-bagian yang perlu yang ditonjolkan, baik dalam
bentuk penonjolan pengucapan
maupun dalam bentuk penonjolan jasmaniah.
(d) Menciptakan ekspresi wajah atau mimik
muka, atau sikap yang mendukung
watak peran yang dimainkan sehingga peranan yang dibawakan
memukau penonton.
(e)
Menganalisis
naskah untuk menciptakan timing (berbicara sebelum bergerak, bergerak sambil, bicara, atau
bergerak lalu berbicara) yang tepat
dan sempurna saat pementasan. Sehinga penonton dapat menikmati keindahan pementasan yang di
dalamnya terkandung pesan yang
dapat memperkaya rokhaninya
B. Tata Artistik Pementasan Drama
Pementasaan drama memerlukan tata
artistik agar nampak memakau penonton.
Tata artistik menurut Tjokroatmojo dkk (1984) yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama ada
lima macam. Kelima jenis tata artistik
tersebut dapat dilihat secara utuh dan jelas pada skema berikut.
(a) Tata artistik rias wajah
Tata rias
merupakan salah satu bagian yang menunjang pemain dalam
memerankan suatu peran. Dengan tata rias wajah, membantu mengubah aktor muda memerankan aktor
yang kelihatan tua sekali , aktor
yang sehat kelihatan sakit, atau aktor muda kelihatan sangat tampan atau sangat cantik sehingga
semakin menarik perhatian penonton
(b) Tata artisitik busana
Dengan tata busana
yang relevan dengan peran yang dimainkan,
secara tak langung mencerminkan karakter atau pribadi pemain bersangkutan. Melalui tata busana
yang tepat, seorang aktor
diketahui kepribadian atau karakternya,
profesi, pendidikan, kegemaran,
umur dan sebagainya. Di samping itu, tata busana akan semakin memberikan nilai keindahan,
efek visual yang menarik saat pementasan.
(c) Tata artistik musik
Apa yang dimaksud
dengan tata musik? Tata musik merupakan iringan
musik atau ilustrasi seni suara yang mengantar suatu adegan / babak sehingga peristiwa yang
digambarkan semakin hidup, jelas dan menarik.
Misalnya, drama yang mengisahkan kepahlawanan akan lebih menarik jika diringi dengan
lagu-lagu kepahlawan, drama yang berkisah
tentang percintaan akan lebih menarik jika diiringi lagu-lagu percintaan, atau drama yang mengisahkan
nilai-nilai spiritual penonton
akan lebih tertarik jika diiringi lagu yang bersyahdu rebana atau keagamaan.
(d) Tata artistik sinar /cahaya
Suatu drama yang
menggunakan tata artisitik sinar yang berwarna-warni
akan memberikan efek estetis yang memukau dibanding
drama tanpa penataan cahaya. Melalui tata cahaya membantu
permainan dalam menggambarkan peristiwa tertentu, seperti
malam, pagi, sore. Selain itu, atata cahaya dapat membantupada saat menjelang
memasuki pembukaan, lampu di panggung
padam sambil layar tertutup. Bersamaan
layar terbuka, lampu menyala diiringi
suara musik yang sesuai serta munculnya pelaku yang berdialog/ monolog .
(e) Tata artistik suara (sound
system)
Seni artistik suara (sound system)
juga perlu dipersiapkan dengan
cermat. Dengan seni artistik suara yang baik, suara musik, dialog atau -monolog pemain akan
terdengar jernih, jelas, dan menarik,
baik penonton yang berada di depan maupun yang ada di belakang. Masalah
tata suara sering dianggap remeh padahal fungsinya tidak kalah pentingnya dengan aspek
lainnya. Tata artsitik suara yang terganggu
akan menimbulkan bebagai efek sampingan, bahkan akan menyebabkan gagalnya suatu pementasan
secara total.
C. Sutradara dan Pementasan Drama
Tak dapat
dipungkiri bahwa peran sutradara dalam pementasan drama sangat penting. Keberhasilan suatu
pementasan drama tak lepas dari kreatifitas sutradara.
Mengapa demikian? Menurut Tambojan (1981) sutradara bertanggungjawab atas beberapa peran vital yang
menentukan taraf keberhasilan suatu pementasan
drama. Peran sutradara tersebut adalah sebagai beikut.
(1) Memilih naskah bermutu
Sutradara memilih naskah bermutu dengan
berlandas pada nilai filsafati
yakni naskah tersebut mengandung perenungan yang hakiki, segi artistik yakni naskah tersebut memiliki nilai
estetis yang tinggi, segi etishumanistik, yakni
naskah tersebut memiliki nilai moral yang dapat memperkaya
rokhani penonton, segi komersil yakni naskah itu memiliki daya minat yang mampu memacing
penonton.
(2) Menentukan penafsiran naskah
Naskah yang akan
dipentaskan harus sesuai keinginan penafsiran sutradara
berdasarkan naskah. meskipun penafsiran itu kadangkala merupakan hasil diskusi bersama dengan
para aktor. Semua akting dan dialog
merupakan anjuran atau persetujuan sutradara karena berhasil atau gagalnya banyak ditentukan oleh
kreativitas, etos kerja, dan tangungjawabnya.
(3) Memilih aktor
Berdasarkan hasil
penafsiran terhadap naskah, sutradara memilih dan
menentuan aktor esuai postur tubuh, umur, dan jenis kelamin dankeahlian tokoh
yang dinginkan dalam naskah.
(4) Melatih aktor
Setelah memilih
aktor, tugas sutradara adalah menentukan jadwal latihan
untuk melatih aktor kepiawian aktor dalam memainkan peran yang diembannya sebagai prapementasan final.
Hal ini agar pagelaran dramaberjalan dengan tepat dan menarik.
(5) Bekerjasama dengan tim
Sutradara juga
harus mampu menentukan tim yang dapat membantunya
mempersiapkan tata artistik: sinar, rias, busana, musik, panggung. Tim tersebut haris memiliki
jiwa kreatif dan semangat kerja yang
tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Deklamasi
merupakan suatu kegiatan membawakan atau
menyampaikan puisi atau prosa secara lisan disertai
mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek
tersebut harus saling menunjang dan atau
saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton. Drama merupakan cerita konflik manusia
dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan aksi di hadapan penonton. Sehubungan dengan
drama sebagai salah satu karya sastra
memiliki unsur-unsur: tema, plot, latar, karakter, dialog, pembagian waktu, efek, dan
retorika.
3.2 Saran
Penulis
menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Baik deri teknik penulisan maupun penyajian materi. Maka dari itu kritk dan
saran sangat dibutuhkan untuk membangun pengalaman serta kemampuan yang lebih
matang. Namun penulis berharap bahwa sedikit banyak dari makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1982. Teknik
Berklamasi dan Baca Puisi. Surabaya: CV. Warga
Asmara, Adhy.1982. Apresiasi Puisi
bagi Pemula. Yogyakarta: CV Nur Cahaya
Hamzah, A.Ajib. 1985. Pengantar
Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya
Halik,Abdul. Kajian Bahasa Indonesia SD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar